reservoir minyak dan gas

Sumber minyak dan gas di bumi biasanya berbentuk batuan berpori seperti batu pasir atau batu kapur. Minyak dan gas berasal dari endapan bahan organik (tanaman kecil dan hewan) yang sudah tersimpan sebelumnya pada periode geologi, biasanya 100 hingga 200 juta tahun yang lalu mengendap dengan pasir atau lanau. Bahan organik ini terkena temperatur dan tekanan tinggi bertahun-tahun sehingga menjadi hidrokarbon.

Agar reservoir minyak terbentuk, batuan berpori perlu ditutupi oleh lapisan yang tidak berpori seperti garam, serpih, kapur atau batu lumpur yang dapat mencegah kebocoran hidrokarbon keluar dari struktur. Karena struktur batuan terlipat dan terangkat sebagai akibat dari gerakan tektonik, hidrokarbon bermigrasi keluar dari tempatnya dan ke atas batuan berpori dan terkumpul di puncak-puncak di bawah batuan yang tidak permeabel dengan gas di atasnya, minyak dan air fosil di bagian bawah.

Skema reservoir. Sumber: Buku Oil and Gas Production Handbook: An Introduction to Oil and Gas Production (2006)

Proses ini berlangsung terus menerus, bahkan sampai hari ini. Namun, reservoir minyak matang dalam formasi yang terlalu muda mungkin belum tersedia hidrokarbon yang terbentuk dan terkumpul. Reservoir muda (misalnya 60 juta tahun) sering memiliki minyak mentah yang berat, kurang dari 20 API. Di beberapa daerah, pengangkatan dan erosi yang kuat dan retakan batuan di atasnya telah membiarkan hidrokarbon bocor keluar lalu meninggalkan reservoir minyak berat atau kolam tar. Beberapa sumber minyak terbesar di dunia adalah pasir tar dimana senyawa volatil telah menguap dari formasi berpasir dangkal meninggalkan sejumlah bitumen pasir basah. Ini sering terekspos di permukaan, dan bisa ditambang, tapi harus dipisahkan dari pasir dengan air panas, uap dan pengencer dan selanjutnya diproses dengan cracking dan reforming di kilang untuk meningkatkan hasil bahan bakarnya.

Minyak dan gas ditekan dalam pori-pori batuan formasi berpori. Ketika sebuah sumur dibor ke dalam struktur reservoir, tekanan formasi hidrostatik mendorong hidrokarbon keluar dari batu dan naik ke dalam sumur. Ketika sumur mengalir, gas, minyak dan air diekstraksi, dan levelnya akan bergeser karena reservoir sudah habis. Tantangannya adalah merencanakan pengeboran sehingga pemanfaatan reservoir dapat dimaksimalkan.

Perbedaan tekanan berdasarkan level pada reservoir. Sumber: Buku Oil and Gas Production Handbook: An Introduction to Oil and Gas Production (2006)

Data seismik dan visualisasi model 3D tingkat lanjut digunakan merencanakan ekstraksi. Tingkat pemulihan rata-rata adalah 40%, tingkat kemampuan hidrokarbon meninggalkan reservoir 60%. Reservoir dengan Enhanced Oil Recovery (EOR) tingkat lanjut memungkinkan tingkat kemampuan hidrokarbon hingga 70%. Reservoir bisa sangat kompleks dengan banyak lipatan dan beberapa lapisan batuan bantalan hidrokarbon di atas satu sama lain (di beberapa daerah) lebih dari 10). Sumur modern dibor dengan offset horisontal besar untuk mencapai bagian struktur yang berbeda dan dengan beberapa penyelesaian sehingga satu sumur dapat menghasilkan produk dari beberapa lokasi.

Aktivitas yang terjadi pada reservoir minyak bumi dan gas berkaitan dengan ilmu mekanika fluida. Untuk mempelajari lebih dalam seputar aktivitas pada reservoir migas dapat menggunakan metode komputasi Computational Fluid Dynamics (CFD). CFD adalah metode menyelesaikan persamaan-persamaan mekanika fluida bahkan reaksi kimia yang ada menggunakan komputer, sehingga diperoleh hasil yang komprehensif dan detail. >> Klik di sini untuk menggunakan jasa simulasi CFD kami!

>>KLIK DISINI UNTUK MEMBACA ARTIKEL PROSES PRODUKSI MINYAK DAN GAS LAINNYA!

Kontributor: Daris Arsyada

By Caesar Wiratama

Sumber:

Devold, Havard. 2006. Oil and Gas Production Handbook: An Introduction to Oil and Gas Production. Oslo: ABB ATPA Oil and Gas.

Author: admin

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *